Rabu, 26 Oktober 2016

penjara suci



Merindukan Penjara Suci
Bayangan apa yang terlintas dikepala kalian ketika mendengar penjara suci? Ya itu hanya istilah bagi kami untuk menyebut nama lain dari pondok pesantren, sangat mengerikan bukan? karena adanya jadwal yang ketat, banyaknya aturan, makannya harus dijadwal dan seadanya, gurunya galak-galak, gak boleh inilah itulah sehingga kami para santri banyak yang menyebutnya sebagai penjara suci karena segala aktivitas yang kami lakukan hanya dilakukan didalam pondok pesantren saja dan semua yang dikerjakan ada aturannya. Suci karena kami berada disana untuk belajar ilmu agama dan belajar tentang makna kehidupan. Namun segala kenangan itu yang saat ini masih sangat membekas dalam hati dan membuatku sangat merindukan nyantri di penjara suci itu lagi.
Mungkin saya merasakan itu hanya ketika bulan suci ramadhan tiba, ya sekedar pondok kilat saja. Namun sangat ada banyak hal yang saya rasakan berbeda ketika berada dirumah dimana saya bisa nonton tv, makan sepuasnya, tidur di kasur, bisa pegang HP. Dan semua berubah ketika di pondok. Mungkin harta yang paling berharga yang kita dibawa kemana mana ya kitab-kitab dan al-qur’an saja selebihnya gak ada. Bayangkan saja bawa novel saja disita, untung bawa baju gak disita.haha Entah mengapa para pengurus pondok itu paling suka dengan kebiasaan menyita dan menghukum para santri, teriak-teriak seperti hanya dia orang yang paling galak sedunia. Mungkin memang seperti itu tugasnya. Hehe..
Ketika bulan suci ramadhan tiba, saya sangat berharap bisa kembali lagi kesana. Bagaimana tidak. Kabiasaan yang paling membuat saya rindu adalah kegiatan antri para santri, dimana semua serba antri mulai dari mandi, makan, mencuci pakaian, dll. karena memang kita hidup dengan banyak orang, banyak karakteristik yang bermacam-macam, tetapi dengan kegiatan yang serba antri itulah yang menjadikan hidup di pesantren itu lebih bermakna dan membuat kami mempunyai kesabaran yang lebih dibanding mereka yang bukan dari pesantren.
Hal yang paling konyol lagi ketika di pesantren yaitu kita bisa tidur dengan bermacam-macam gaya. Hal seperti ini sering saya jumpai ketika ngaji kitab setelah sholat subuh atau pas kuliah subuh berlangsung. Sebenarnya itu adalah hal terberat di dalam pondok pesantren. Bayangkan saja, kami harus mendengarkan dan mengartikan kitab dalam keadaan masih ngantuk, sehingga pasti banyak yang tertidur saat itu, dengan berbagai gaya khas mereka masing-masing. Aku ingat benar bahkan ustadzah yang biasanya keliling sampai tertawa melihat tingkah konyol kami. Hal seperi itu kami rasakan ya karena jadwal tidur kami yang memang sedikit dan beranggapan bahwa besok pagi kita masih bisa melanjutkan mimpi yang masih tertunda alias tidur lagi.
Selain berbagai pengalaman yang terdapat di kalangan pondok pesantren yang mendatangkan suka duka yang selalu terkenang, ada juga hal yang akan menjadikan pro dan kontra dari kalangan masyarakat mengenai budaya nyantri ini. Tidak semua masyarakat dapat menganggap bahwa tradisi nyantri itu dapat dikatakan sebagai tradisi yang positif dan mendapat menimbulkan kesan baik di kalangan masyarakat.
Namun terdapat berbagai hal yang menimbulkan persepsi buruk dari kalangan masyarakat mengenai tradisi nyantri ini. Masyarakat terkadang menilai bahwa pesantren ini tidak menjamin pola perilaku mereka akan berubah menjadi baik.
Namun walau berbagai pro kontra yang timbul dalam masyarakat ini, Rasanya ingin kembali seperti dulu bersama-sama melaksanakan kewajiban, dan merasakan indahnya berbagi dengan sesama teman, mungkin dibalik adanya segala aturan yang terkesan sangat kejam membuat banyak orang sadar bahwa gunanya larangan-larangan itu untuk juga demi menjadikan kami manusia yang taat beriman dan supaya tidak terbawa arus pergaulan yang tidak baik. Semoga kami semua tetap berada dalam lindungan Allah.

Rabu, 19 Oktober 2016

teks eksplanasi



Fenomena yang sekarang sering kita jumpai di kalangan pelajar yang disebut sebagai hubungan asmara oleh anak-anak muda ini menjadi pemandangan yang biasa di sekolah dan tempat-tempat umum. Mereka sering menyebut hubungan asmara ini dengan istilah pacaran. Setiap orang mempunyai makna yang berbeda-beda dalam mengartikan istilah pacaran.
Menurut sebagian besar orang beranggapan bahwa pacaran adalah suatu kegiatan atau proses yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal satu sama lain, mulai dari kepribadiannya, hobby, latar belakang keluarga, dll. Hal ini awalnya didorong oleh rasa suka atau ketertarikan terhadap lawan jenis yang kemudian berubah menjadi rasa sayang. Ketika mereka merasa suka terhadap lawan jenis biasanya terlebih dahulu ada acara tembak-tembakan, tapi bukan nembak pakek pistol loh yaa.. hal ini dilakukan agar mereka tau apakah orang yang disukai juga mempunyai rasa yang sama dengannya , jika tidak ya rejeki, namanya juga ditolak mau apa lagi, usaha lagi cari yang lain. Jadi, proses yang dimaksud disini adalah proses menjajaki atau mencari kecocokan antar dua individu untuk melangkah ke jenjang selanjutnya yaitu pernikahan.
Di zaman yang semakin modern ini dengan teknologi yang serba canggih dan  banyaknya media sosial yang dapat digunakan oleh setiap kalangan membuat anak-anak yang harusnya belum waktunya pacaran namun sudah terlebih dulu terjerumus didalamnya. Memang didalam pacaran tidak ada batasan umur, kapan mereka harus pacaran dan kapan mereka harus menikah. Jika anak-anak sudah banyak yang melakukan aktivitas pacaran dikhawatirkan justru mereka salah memaknai hal tersebut. Diawal perkenalan memang biasa-biasa saja namun semakin lama mereka saling mengenal malah disalahgunakan oleh sebagian anak-anak muda. Sehingga gaya pacaran mereka menjadi gaya pacaran yang tidak sehat, maksudnya bukan tidak sehat badannya ya, tapi mereka melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang belum mempunyai ikatan pernikahan. Seperti berpegangan tangan, cipika-cipiki, bergandengan kesana kemari, sampai ada di kalangan anak muda yang hamil di luar nikah (sebelum menikah).
Faktor penyebab yang mendorong mereka untuk pacaran yaitu bisa dari dirinya sendiri karena (nafsu), pengaruh teman, pengaruh lingkungan sosial, dll. Supaya kondisi seperti ini tidak semakin parah dan menjadi budaya di kalangan anak muda hendaknya pintar-pintarlah menjaga diri dan memilih pasangan, jangan sampai pacaran ini dijadikan ajang untuk merusak diri dan moral bangsa Indonesia karena kurangnya rasa malu dalam melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dianjurkan untuk dilakukan.
Di dalam islam sendiri tidak ada yang namanya istilah pacaran, meski banyak orang yang mengaku menjalani pacaran secara islami. Hal itu tetap salah karena pacaran didalam islam termasuk perbuatan tercela yang tidak disukai Allah, sehingga sesuatu dapat dikatakan sebagai sebuah hubungan jika sudah halal (menikah), selama itu belum halal tidak dinamakan sebagai sebuah hubungan dan tidak berhak satu sama lain alias haram. Jadi, pacaran dalam islam itu hukumnya haram.

Rabu, 12 Oktober 2016

argumentasi tentang masalah pendidikan

Kurangnya minat baca siswa disekolah, sehingga perpustakaan di sekolah kurang berfungsi dengan baik.
Kondisi minat baca bangsa indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasrkan studi “most littered nation in the world” yang dilakukan oleh central connecticut state university pada maret 2016 lalu, indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca.

Kondisi minat baca yang kurang seperti ini menambah buruk adanya perpustakaan di sekolah tidak berjalan kurang baik. Adapun pengertian dari perpustakaan itu sendiri adalah sebagi suatu unit kerja dari sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku pustaka untuk menunjang proses pendidikan, sekaligus sebagai sarana edukatif untuk membantu memperlancar cakrawala pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Namun pada kenyataan yang sering saya jumpai tidak semua siswa menganggap perpustakaan sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi, bagi siswa yang memiliki minat baca yang rendah akan sangat merasa bosan ketika harus berkunjung ke perpustakaan dan mencari buku untuk dibaca. Mereka menganggap perpustakaan di sekolah layaknya sebuah gudang, yakni tempat untuk menyimpan buku-buku saja.

Ibaratkan waktu siswa belajar dalam kelas saja sudah memakan banyak waktu, kemudian jam istirahat yang singkat kira-kira sekitar 15-20 menit, kemudian masuk lagi untuk mengikuti pelajaran di kelas. Lalu kapan mereka akan pergi ke perpustakaan?

Kepala badan penelitian dan pengembangan (balitbang) kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemdikbud), totok suprayitno menilai banguna bukan menjadi faktor utama untuk menarik siswa ke perpustakaan. Sebab, adanya program perpustakaan jauh lebih penting sehingga menarik siswa untuk datang ke perpustakaan. Totok menjelaskan, perlu ada penjadwalan khusus yang membimbing siswa pergi ke perpustakaan. Penjadwalan, kata dia harus dilakukan secara terstuktur dengan desain yang khusus. Jadi bukan jadwal yang spontanitas. Kita upayakan supaya perpustakaan  menjadi tempat pusat informasi. Dengan begitu siswa melihat perpustakaan bukan hanya bangunan, tetapi juga aktivitas yang ada didalamnya. Totok menambahkan, program 15 menit membaca sebelum mulai pelajaran merupakan langkah yang baik untuk memulai kebiasaan membaca siswa. Disam ping itu, perlu adanya program yang juga menciptakan literasi digital. Aktivitas membaca itu tidak hanya mengeja tulisan tetapi juga mengkritisi dan membawa logika berfikir, di sekolah pertama siswa diajak untuk learning to read tetapi kemudian beralih menjadi read to learn.


Dari paparan diatas, solusi untuk meningkatkan minat baca dan memfungsikan kembali perpustakaan sekolah sebagai gudang ilmu itu selai dari pendapat tokoh diatas yaitu bisa menggunakan program perpustakaan sekolah yang sejalan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Contohnya, program perpustakaan ini bekerjasama dengan guru bahasa indonesia, buat program setiap minggu ke perpustakaan, lalu diadakan review. Nanti pustakawan menilai pekerjaan siswa dan dimasukkan dalam penilaian pelajaran bahasa indinesia. Dari tugas pustakawan disini tidak hanya menunggu perpustakaan namun juga berperan aktif memfasilitasi aktivitas yang terjadi di dalamnya. Namun program perpustakaan tidak bisa diseragamkan di seluruh sekolah yang ada di indonesia sehingga harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.